Tuesday, July 2, 2013

[Semi-Review]-an: The Various Flavours of Coffee



Buku setebal 680 halaman ini membutuhkan waktu tak sampai seminggu untuk saya tamatkan. Awalnya agak susah mempertahankan mood untuk membacanya, namun memasuki pertengahan cerita ternyata malah susah untuk berhenti, dan sampai rela mengurangi jatah waktu tidur saya.



Sinopsis:
Berkisah tentang Robert Wallis, seorang pemuda flamboyan yang memiliki selera yang tinggi akan berbagai hal. Menyukai pakaian dengan model terbaru, dan makan makanan terbaik. Penyair amatir ini terancam miskin dan gagal menyelesaikan kuliah di Harvard akibat sang ayah menghentikan kiriman uang jatah bulanan untuknya.

Di tengah keraguan akan masa depannya, Wallis mengunjungi sebuah kedai kopi dan bertemu Samuel Pinker, pemilik Castle Coffee yang kemudian menawarkannya pekerjaan. Pemuda itu ditugaskan untuk membuat pedoman tentang definisi citarasa kopi dari berbagai penjuru dunia.

Pekerjaan baru Wallis ini kemudian mempertemukannya dengan Emily Pinker, putri pertama Samuel Pinker yang kemudian membuat sang pemuda jatuh hati. Namun sayang restu sang ayah baru akan mereka dapat jika Wallis sanggup membayar mahar sebesar seribu pound, yang akan diperoleh hanya jika Ia bersedia membantu Pinker membuka lahan perkebunan kopi di Afrika selama lima tahun.

Cintanya terhadap Emily pun menemui ujian di Afrika ketika Wallis bertemu Fikre, seorang budak berkulit hitam yang membuatnya jatuh cinta dan rela melepaskan Emily. Siapa yang menyangka, sebutir biji kopi yang diselipkan Fikre ke dalam tangan pemuda Wallis telah mengubah segala rencana dalam hidupnya.
--------------------oOo--------------------

Baiklah, kita mulai semi-review-an-nya. Buku The Various Flavours of Coffee karangan Anthony Capella ini sebenarnya sudah saya beli sejak akhir tahun 2012 lalu. Tebalnya buku membuat saya agak ogah-ogahan untuk mulai membaca, karena buat saya membaca buku itu seperti memulai sebuah komitmen (hah? maksudnya?). Iya, jadi kalau merasa belum sanggup 'menyeriusi' ya terpaksa ditunda dulu membacanya sampai siap. Iya, iyaa ini kita lagi ngomongin buku kok.

Nah, bulan Juni lalu.. saat saya merasa selo maka dimulailah lembar-lembar awal buku ini. Perpindahan dari halaman-halaman awal ke halaman pertengahan memakan waktu yang lumayan lah ya, lama. Namun begitu konflik-konflik dalam cerita muncul, maka mendadak kecepatan menyelesaikan bacaan pun meningkat drastis. 

Bagi saya daya tarik pertama dari buku ini adalah: kopi. Ya saya membelinya karena tertarik dengan topik yang satu ini. Dan lebih dari itu ketika membacanya, indera penciuman dan pengecap pun seolah ikut terpengaruh oleh penggambaran sang tokoh Robert Wallis mengenai aneka aroma dan rasa biji-biji kopi dari berbagai penjuru dunia.

Sudut pandang penulis dalam buku ini berpindah-pindah. Dalam banyak bab di awal sampai pertengahan, penulis mengambil sudut pandang orang pertama, yakni Robert Wallis. Sementara di beberapa bagian lain ada pula sudut penceritaan orang ketiga, seperti saat menceritakan keadaan Wallis yang tidak sadarkan diri setelah mengetahui dirinya ditipu dan Fikre meninggalkannya. Namun meski berpindah-pindah sudut pandang, hal ini tidak mempengaruhi alur cerita secara keseluruhan.

Yang paling saya sukai dari karya ini adalah bahwa penulis sungguh-sungguh membekali dirinya dengan pengetahuan dari berbagai sumber, seperti buku-buku dan jurnal-jurnal yang Ia perlukan untuk membangun keseluruhan cerita. Gambaran mengenai kehidupan politik Inggris di era Victorian, keadaan perdagangan serta pasar saham masa itu, gambaran sebagian Brasil dan Afrika akhir abad 19 semuanya dituliskan seperti sebuah jurnal dari seseorang yang benar-benar hidup di masa itu. Dan membaca jurnal seseorang itu selalu menyenangkan buat saya.

Penutup, secara umum saya menyukai rasa petualangan dalam buku ini. Kadang serasa diajak berlari, kadang seperti sedang berjalan-jalan dan sesekali seperti diajak duduk-duduk minum kopi. Twist-nya seru dan menarik. Sebentar dibuat penasaran, lalu di bagian lain menangis ketika membaca surat  antara Wallis dan Emily di bagian akhir. Dari saya, 3.5/5 untuk The Various Flavours of Coffee.

Punya pendapat lain? Atau yang belum dan penasaran mau baca, monggo dibeli bukunya atau boleh pinjam ke teman. Tapi kalau pinjam jangan lupa dikembalikan ya. (iya ini nyindir) hehe.

No comments:

Post a Comment