Saturday, May 18, 2013

Umrah, Harapan Yang Terkabul Di Tahun Ini


Sedikit cerita tentang perjalanan umrah saya bersama Ibunda pada bulan April lalu. Sebuah kunjungan menjadi tamu Allah yang sebenarnya sudah direncanakan sejak lama. Pada tahun ini alhamdulillah terlaksana saat kesehatan Ibu membaik dan niat serta rezeki sudah terkumpul. 

Dulu sekali saya pernah bercita-cita, jika saya berkesempatan bepergian ke luar Indonesia, maka saya harap negara yang pertama kali saya kunjungi adalah Arab Saudi. Dan bulan lalu akhirnya cita-cita itu dapat terwujud.

Saya berangkat bersama rombongan umrah yang berjumlah 40 jamaah pada 16 April lalu. Penerbangan dengan pesawat Saudia memakan waktu sembilan jam dari bandara Soekarno - Hatta, Jakarta menuju bandara Prince Mohammad bin Abdulaziz, Madinah.

Di Madinah selama empat hari, kami sempat mengunjungi Jabal Uhud, Masjid Quba dan perkebunan kurma atau lebih tepatnya toko oleh-oleh di dalam kebun kurma, hahaha, ya memang hanya tokonya saja yang kami datangi.


Jabal Uhud

Saat di Madinah dan Mekkah, perhatian untuk kalian yang perempuan dan tidak datang bersama mahram. Ketika bepergian seperti saat membeli oleh-oleh misalnya, dianjurkan untuk didampingi oleh laki-laki dari rombongan. Bilapun terpaksa bepergian tanpa mahram, tetap jaga adab saat berinteraksi dengan pria yang bukan mahram.

Di Indonesia kita kaum perempuan tentu terbiasa melakukan tawar menawar harga dengan para pedagang di pasar. Jika belum didapat harga yang dirasa pas maka proses menawar sering diselingi gurauan dengan harapan si penjual mau melepas dagangannya dengan harga murah. Nah, hal tersebut tidak disarankan untuk dilakukan di Arab Saudi. Jangan sampai maksud hati ingin membeli emas perhiasan, yang terjadi malah sang penjual menawarkan emasnya sebagai mahar untuk meminang sang pembeli. Malah awkward jadinya kan? Hahahaha. So, tawar, cocok, bayar. Tawar, tidak cocok, pindah toko.

Cerita masih berlanjut di hari ke-empat tepatnya pada 19 April. Rombongan kami menuju Mekkah untuk melaksanakan rangkaian ibadah umrah. Perjalanan Madinah - Mekkah ditempuh selama tujuh jam menggunakan bus yang telah dipersiapkan, dengan sebelumnya kami singgah terlebih dahulu di masjid Bir Ali yang masih terletak di Madinah untuk mengambil miqat .

Hampir tengah malam saat rombongan tiba di Mekkah. Usai check-in di hotel, kami langsung menuju Masjidil Haram. Rombongan masuk melalui pintu utama di seberang Zamzam Tower, dan Ka'bah yang sebelumnya hanya dilihat melalui televisi, sekarang terlihat begitu jelas megah di depan mata. Perasaan saya pada saat itu tidak cukup digambarkan hanya dengan kata-kata. Yang pasti, monggo dirasakan sendiri saja ya.

Umrah hari pertama dan kedua alhamdulillah berjalan lancar, khususnya bagi saya pribadi. Sedikit catatan pada umrah kedua jamaah diperbolehkan meniatkan ibadahnya bagi sanak famili yang telah meninggal dunia. Sedangkan bagi yang masih hidup meskipun tengah dalam kondisi sakit tidak diperkenankan untuk di-umrah-kan, setidaknya itu yang disampaikan oleh pembimbing kami di sana.

Pada hari kedua di Mekkah kami melakukan ziarah ke Jabal Tsur dan Jabal Rahmah. Sedangkan di Jabal Nur, Mina dan Arafah sayang sekali kami tidak dapat berhenti karena lama waktu yang terpakai saat mengunjungi Jabal Rahmah. Seorang jamaah dari rombongan kami sempat tersesat di sana. Yah, belum rezeki. Kecewa juga karena ziarah jadi terasa kurang lengkap. Apa ini maksudnya saya memang harus kembali lagi ke sana mungkin ya? Ehem, Amiin.

Hari terakhir di Mekkah. Pada 23 April kami bertolak menuju Jeddah. Dibutuhkan waktu dua jam perjalanan dari Mekkah ke Jeddah menggunakan bus sewaan. Sebelum rombongan menuju bandara King Abdul Aziz untuk penerbangan kembali ke Jakarta, kami sempat singgah di Cornice, sebuah pusat perbelanjaan yang mirip PGC di Jakarta. Soal harga barang-barang di sini terbilang lebih mahal dibanding di Mekkah. Cornice juga dikelilingi toko-toko yang menjual aneka buah tangan, dan banyak pelayan tokonya yang merupakan orang Indonesia. Bahkan nama tokonya sampai berbahasa Indonesia juga, "Ali Murah" misalnya. Namun, jangan terkecoh dengan kata 'murah' tadi karena sebenarnya sama saja. Dibandingkan di Mekkah dan Madinah beberapa barang ternyata lebih mahal di "Ali Murah". Hehehe, emak-emak banget, perhitungan.

Dari Cornice, rombongan melanjutkan kunjungan menuju masjid terapung di tepian Laut Merah. Nah, ini baru menyenangkan. Mirip orang piknik kami makan siang bersama nasi kotak di tepian laut. Pantai di sini tidak berpasir namun berbatu karang, dan diramaikan oleh kehadiran burung camar serta merpati. Usai makan dan shalat dzuhur yang di-jama' dengan ashar, kami pun langsung menuju Bandara King Abdul Aziz, bersiap menuju Jakarta.

Tidak terasa hampir sembilan hari berada di tanah suci. Sayu hati ini, kalau kata orang Melayu, hahahah. Iya, belum-belum sudah merindukan Mekkah dan Madinah. Insha Allah, next, Hajj. Amin ya Allah.


Payung-payung di luar Masjid Nabawi. Tidak bisa memotret bagian dalam Masjid, karena kamera tidak diperbolehkan.
Masjid Nabawi dari kejauhan, usai subuh.
Underpass sebelum Masjidil Haram
Dari atas Jabal Rahmah.

Dari sebelah Selatan Masjidil Haram.
Seorang anak yang saya temui saat shalat subuh di Masjidil Haram. Begitu kamera terarah padanya, inilah posenya. :D
Bagian dalam Masjidil Haram.




Masjidil Haram, jalan menuju pintu satu.
Zamzam Tower
Masjid Terapung
Di tepian Laut Merah


4 comments:

  1. Subhanallah.. Alhamdulillah banget yah Mbak bisa berkunjung ke Rumah Allah, perginya bareng Ibu pula..

    semoga bisa kembali kesana lagi yah Mbak, saya juga mupeng sangat pengen kesana :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah, iya mudah-mudahan bisa kembali lagi. Dan semoga Diah juga bisa disegerakan berkunjung ke sana ya. :D *toss*

      Delete
  2. Mudah2 suatu saat juga bisa menginjakan kaki disini juga...amiiiin..

    ReplyDelete