Sunday, October 7, 2012

Bapak

Kerinduan pada Bapak telah membawaku pada tulisan ini. Sebuah tulisan singkat tentangnya. Sebelum ini aku tidak pernah berani menuliskan sedikit saja mengenai Bapak, karena sangat sulit menemukan rangkaian kata yang cukup menggambarkan sosoknya. Aku memutuskan untuk mencoba, semoga tulisan ini cukup mewakili apa yang aku ingat dan rasakan tentang Bapak.



Bapak. Kenangan pertama tentangmu adalah di saat usia ku tiga-empat tahun. Aku ingat kau sering mengajakku berjalan pagi menuju suatu perlintasan kereta api bersama adik. Membiarkan aku berjalan di depan, sementara adik berada di gendonganmu. Di perlintasan itu, kita akan menunggu kereta yang lewat sambil menikmati bubur kacang hijau di sebuah warung tak jauh dari sana. Menyenangkan, ketika akhirnya rangkaian kereta itu datang. Kau dengan sigap menggendong aku dan adik mendekat pada sebuah pagar pembatas yang renggang. Semata untuk merasai angin yang menerpa wajah saat kereta tersebut melaju kencang di atas rel. Aku dan adik akan berteriak-teriak gembira. Bahkan sesaat setelah kereta tersebut berlalu aku masih sulit menyembunyikan kegembiraanku. Mungkin saat itu mataku membulat besar, antusias untuk terus memperbincangkannya denganmu. Memang yang aku tahu kebanyakan Bapak-bapak lain tidak berlaku sepertimu, mereka akan meminta anak-anak mereka untuk tidak terlalu dekat dengan perlintasan kereta api atau tempat lainnya yang mungkin berbahaya. Tapi aku senang memilikimu sebagai Bapakku, kau tahu apa yang aku ingin tahu. Dan kau akan berusaha menunjukkannya dengan caramu.

Bapak. Kenangan tentangmu adalah bahwa kau suka membawaku berjalan-jalan ke kebun binatang maupun ke taman bermain. Memotretku dengan kameramu yang rasanya cukup canggih pada saat itu, kuingat berwarna perak. Meminta aku ber-pose di dekat bunga, di atas wahana bermain, di sebuah jembatan dan di depan kandang jerapah. Kau tak bosan mengambil gambarku seolah tidak ada model lain yang ingin kau ambil gambarnya. Terkadang kau akan membuat foto keluarga, kamera kau letakkan di sebuah permukaan datar berupa batang pohon atau batu. Kau atur timer pada kamera, sementara Ibu, aku dan adik bersiap pada posisi kami masing-masing. Kamera memulai hitungan mundur sebelum shutter otomatis menangkap gambar, sejurus kau pun berlari mendekat dan ber-pose merangkul bahu Ibu. Seingatku hasil foto itu sangat bagus, baik pencahayaan maupun komposisinya. Rasanya kau berbakat dalam seni fotografi, tapi aku tidak tahu apa kau menyadarinya.

Bapak. Kenangan tentangmu adalah saat kita mendengarkan musik yang kita sukai. Kau suka mendengarkan Whitney Houston, Celine Dion, Bee Gees, Ebiet G. Ade, Queen, ABBA, Chrisye, Deep Purple, Franky Sahilatua dan yang paling kau sukai; Mansyur S. Untuk yang terakhir, kupastikan kau hafal semua lirik lagunya. Sedangkan untuk penyanyi luar negeri, biasanya hanya lirik bagian refrain-nya saja yang dapat kau nyanyikan. Lalu saat mendengarkannya bersama, kau sempatkan untuk menanyakan makna dari lagu tersebut padaku. Karenanya aku pun jadi sering membuka-buka kamus bahasa Inggris, mencari arti kata per kata, lalu menceritakan isi lagu secara garis besar kepadamu. Setelah dewasa aku baru berpikir, bahwa mungkin diskusi tentang lirik lagu berbahasa Inggris hanyalah caramu saja untuk membuatku menambah penguasaan dalam perbendaharaan kata dan pengucapannya.

Bapak. Kenangan tentangmu adalah mengenai sikapmu saat aku mulai memasuki perguruan tinggi. Aku tahu berat untukmu dan Ibu melepasku yang belum pernah menetap jauh dari rumah. Aku pergi ke Yogyakarta untuk sebulan lamanya, menempuh bimbingan belajar intensif yang dikhususkan untuk menghadapi UMPTN. Kalian tidak mengantarku, dan aku memang tidak minta untuk diantar. Tapi aku sedikit menimbang sikap kalian saat itu, aku merasa kau dan Ibu tengah memberi ujian, demi melihat kemampuanku untuk mandiri. Gentar? Aku justru semakin tertantang. Belakangan aku tahu bahwa sesungguhnya kalian khawatir melepasku jauh dari pantauan, karenanya aku berterimakasih bahwa kau dan Ibu tidak menunjukkan kekhawatiran itu di hadapanku.

Bapak. Kenangan tentangmu adalah saat kau mengantarku ke Purwokerto, satu hari sebelum masa ospek dimulai. Tanpa Ibu dan adik, kita berdua pergi dengan bus dari Cirebon, menempuh perjalanan empat jam lamanya. Aku kira kau akan membekaliku dengan banyak nasehat selama perjalanan, tapi ternyata tidak, kau lebih banyak diam kala itu. Sesampainya di kostku, kau sempatkan melihat-lihat keadaan sekitar, lalu bicara sebentar dengan Bapak pemilik kost. Usai sholat, kau duduk memperhatikan aku yang tengah mengeluarkan pakaian dari koper untuk dipindahkan ke lemari. Ada menit-menit di sana saat aku tidak tahu harus bicara apa, demikian juga halnya denganmu. Menit-menit hening dimana aku menahan diri untuk tidak menangis. Sampai akhirnya kau bersuara, "Bapak tinggal, ya?", lalu aku pun mengiyakan. Kau beranjak dari dudukmu, aku mencium punggung tanganmu seperti biasa. Terakhir kita saling mengingatkan satu sama lain untuk selalu berhati-hati. Dan saat kau pergi menuruni tangga menuju lantai bawah, barulah air mata yang ku tahan tadi menemukan alirannya.

Bapak. Kenangan tentangmu adalah bahwa kau Bapak yang membangunkan aku di pagi hari saat aku masih bersekolah dulu, yang membukakan jendela dan membiarkan dinginnya pagi menggantikan udara di dalam kamarku. Kau adalah Bapak yang tidak segan membenarkan ikatan tali sepatuku. Kau adalah Bapak yang sering memintaku menginjak-injak, saat kau merasakan pegal-pegal di badanmu. Kau adalah Bapak yang membelikanku perangkat komputer juga kamera saku digital pertama ku tanpa aku memintanya. Kau adalah Bapak yang paling khawatir saat aku terkena demam tinggi berhari-hari. Sering aku merasai telapak tanganmu menyentuh dahiku, lalu membenarkan letak kompresku. Kau adalah Bapak yang jika rindu padaku, akan meminta Ibu untuk meneleponku. Kau adalah Bapak yang bangga saat aku diwisuda, meskipun telat satu tahun. Ah, maafkan anakmu ini. Dan kau adalah Bapak yang tidak sempat melihatku dengan pekerjaanku. Sekali lagi maafkan aku yang selagi kita bersama, tidak sempat berbakti dan membahagiakanmu sepenuhnya.

Semoga Allah mengasihimu sebagaimana kau mengasihiku hingga akhir hayatmu, semoga Allah memberikan tempat terbaik bagimu sebagaimana kau senantiasa memberikan yang terbaik bagiku. Amin.


Untuk yang tercinta:
Bapak
~ Maret 1958 - Oktober 2008 ~



***
Ilustrasi diambil dari: klik
Video: Ada Band featuring Gita Gutawa - Yang Terbaik Bagimu

No comments:

Post a Comment