Tuesday, July 3, 2012

Spanyol, Sang Pengukir Sejarah

Sejarah kembali tercipta Senin (02/07) dini hari atau Minggu (01/07) waktu setempat, saat Spanyol mengalahkan Italia pada final EURO 2012 yang berlangsung di Kiev, Ukraina. Spanyol menjawab keraguan banyak pihak serta mematahkan mitos-mitos dalam ajang empat tahunan telah yang bergulir sejak tahun 1960 ini.

Sebelumnya Banyak pengamat menilai bahwa gaya permainan tiki taka khas Spanyol begitu membosankan dan tak lagi seatraktif dulu saat pertama mereka menerapkannya. Gaya permainan seperti ini mengandalkan akurasi passing-passing pendek antar pemain, menguasai sebanyak mungkin ball possession untuk kemudian diefektifkan menjadi gol-gol. Belakangan strategi ini dianggap banyak pengamat mulai membosankan karena penonton 'hanya' disuguhi permainan oper-mengoper bola sepanjang pertandingan, tanpa menghasilkan banyak gol.


Semua penilaian itu terbantahkan saat dini hari kemarin Spanyol membungkam Italia dengan skor telak 4 - 0, skor terbesar dalam sejarah final EURO yang telah digelar untuk kali ke-14 ini. Tak hanya itu raihan ini juga menjadikan Spanyol sebagai tim pertama yang berhasil memenangkan ajang ini selama dua kali berturut-turut, pada 2008 dan kali ini 2012. Sekaligus membawa Spanyol sejajar dengan Jerman sebagai negara yang paling banyak memenangi EURO, yaitu tiga kali.

Sukses tim besutan Vicente Del Bosque ini tak lepas dari peranan suksesor sebelumnya yaitu mantan pelatih Luis Aragones. Aragones yang kemudian diteruskan oleh Del Bosque telah merubah wajah sepakbola Spanyol yang sebelumnya tersentral pada Sang Pangeran lapangan, Raul Gonzales, menjadi sebuah tim dengan kekuatan merata di tiap lini bahkan dari posisi starter hingga posisi cadangan. Lebih dari itu baik Aragones maupun Del Bosque telah membentuk tim ini menjadi layaknya sebuah keluarga. Bahwa semua harus bekerja bahu membahu mengantar Spanyol pada kejayaan. Tidak nampak adanya persaingan atau saling jegal antar pemain di dalamnya. Bahkan para pemain yang mengisi bangku cadangan pun sepertinya dapat memahami, bahwa apapun keputusan pelatih tentu itu merupakan bagian dari sebuah strategi untuk memenangi pertandingan. Terlihat jelas bahwa sebagai suatu kesatuan, mereka telah saling menaruh kepercayaan antara satu sama lain.

Tidakkah menyenangkan ketika kamarin kita melihat Sergio Ramos rela tidak mencukur rambut-rambut halus di wajahnya demi menyerupai Pique, dengan tujuan (entah serius atau bercanda) untuk membuat bingung lawan-lawan mereka? Atau ketika Fernando Torres memberikan umpan kepada Juan Mata yang kemudian berbuah gol, padahal saat itu Torres sebenarnya dapat dengan mudah menggulirkan bola tersebut ke gawang Buffon untuk kemudian menjadikan dirinya sebagai peraih Sepatu Emas?

Namun segala pengorbanan itu toh akhirnya berbuah manis, lini belakang Spanyol yang dikawal Ramos dan Pique sangat sulit ditembus oleh penyerang-penyerang Italia. Dan Torres pun bahkan tetap menjadi peraih Sepatu Emas, dengan total tiga gol yang dicetaknya. Trully happy ending.

Satu lagi kelebihan yang dimiliki Spanyol, bahwa mereka telah membangun hubungan serta komunikasi yang baik tak hanya dengan sesama pemain, tapi juga dengan publik. Baik pelatih maupun para pemainnya tidak gemar membuat pernyataan-pernyataan yang kontroversial melalui media. Mereka lebih suka menjawab berbagai pertanyaan yang datang melalui aksi-aksi mereka di lapangan. Tak nampak kesan jumawa dari sang juara bertahan, Spanyol. Demikian pula halnya yang mereka tunjukkan ketika berada di lapangan, tidak ada selebrasi berlebihan saat mereka mencetak gol ke gawang lawan maupun ketika mereka memenangi sebuah pertandingan. Hal-hal itulah yang menjadi bukti bahwa Spanyol adalah tim yang mampu menghargai lawan-lawan mereka.

Pada pertandingan kemarin malam gol-gol lahir dari kaki David Silva (14"), Jordi Alba (41"), Fernando Torres (84") dan Juan Mata (88"). Hal ini menjadi bukti bahwa Spanyol tidak hanya mengandalkan satu dua pemain untuk mencetak gol. Selanjutnya, di akhir kompetisi ini Andres Iniesta dinobatkan sebagai pemain terbaik EURO 2012. Meski tidak menyumbangkan gol dan hanya membukukan satu assist, kreatifitas dan kerja keras Iniesta dinilai menjadi penentu dalam keberhasilan Spanyol sepanjang turnamen. Sebagai peraih Sepatu Emas adalah Fernando Torres dengan total tiga gol ditambah satu assist. Dan jumlah itu Ia raih dengan waktu bermain yang lebih sedikit dibanding waktu yang dibutuhkan Mario Gomez (Jerman) yang juga membukukan tiga gol dan satu assist.


Berbagai kiprah dan prestasi yang telah dipersembahkan oleh Spanyol selama beberapa tahun terakhir menjadikan mereka layak untuk dinobatkan sebagai sang juara sejati. Peraih trofi EURO dua kali berturut-turut dan satu trofi Piala Dunia dalam kurun waktu empat tahun terakhir. Sejarah baru telah mereka ukir dengan tinta emas. Keep up the great work, and stay humble guys, Viva Espana!



Susunan Pemain:
SPANYOL: Casillas; Arbeloa, Pique, Sergio Ramos, Jordi Alba; Busquets, Xavi, Xabi Alonso; David Silva (Pedro 59'), Fabregas (Torres), Iniesta (Mata 86')

ITALIA: Buffon; Abate, Barzagli, Bonucci, Chiellini (Balzaretti 21'); Marchisio, Pirlo, De Rossi; Montolivo (Motta 56'); Balotelli, Cassano (Di Natale 46')

No comments:

Post a Comment