Saturday, November 23, 2013

Bapak dan Ibu Riyadin


Susah tidur malam hari ini resmi disponsori oleh kangen yang teramat sangat pada sepasang suami-istri yang telah berjasa selama tahun-tahun saya di Labuan, Banten. Mereka adalah Bapak dan Ibu Riyadin. Ini tulisan spesial tentang mereka.

1 Januari 2009 saya bertemu Pak Riyadin di kantor penempatan pertama saya. Beliau adalah anggota Koramil Labuan yang tengah bertugas jaga di hari  pertama saya menginjakkan kaki di sana. Saat itu saya datang sendiri tanpa diantar keluarga. Tanpa rencana dan minim informasi mengenai daerah di ujung barat pulau Jawa tersebut. Pak Riyadin lah yang berbaik hati menawarkan rumahnya untuk saya tinggali sementara selama saya mencari rumah kost.

Sang istri, yang tak lama kemudian saya jumpai adalah seorang wanita yang ramah. Logat bicaranya serupa dengan sang suami, dan terdengar familier di telinga saya. Setelah saya tanyakan, benar saja, keduanya berasal dari Gombong dan Kebumen. Dua daerah itu memang tak jauh dari tempat kuliah saya dulu di Purwokerto. Mungkin karena itulah saat bertemu  mereka, saya tak merasa canggung sama sekali :)

Sebenarnya Bapak dan Ibu Riyadin telah lebih dari 20 tahun berdomisili di daerah tersebut. Karena itulah mereka juga telah fasih berbahasa daerah setempat. Maka jangan heran jika ada sedikit kesan lucu bila mendengar keduanya berbicara, gaya bicara yang tidak ditemui pada warga perantau lainnya :D

Pak Riyadin sangat senang bercocok tanam, Ia rajin menggarap lahan yang terbengkalai. Padi yang ditanamnya menghasilkan panen yang hampir selalu baik, kecuali saat musim hujan berkepanjangan. Palawija yang ditanamnya juga tumbuh subur, dan aneka lalapan selalu dipetik segar. Di belakang rumah dinasnya, Pak Riyadin juga memelihara beberapa ekor basur, mentok serta ayam yang rajin bertelur. Ahh sungguh indah dunia jika banyak orang seperti Beliau.

Selanjutnya Ibu Riyadin, Ia adalah seorang Ibu rumah tangga biasa dengan tiga orang putra dan putri. Yang luar biasa dari beliau adalah keahlian memasaknya. Bahkan sambal 'dadak' buatannya sampai sekarang belum ada yang menandingi. Di hari Minggu saya sering datang mengunjungi mereka demi makan siang sayur asam, ikan teri, lalap dan sambal buatan Bu Riyadin (nulis sambil ngeces) :9

Keduanya telah banyak membantu saya, tentu tanpa bermaksud mengabaikan peran dari setiap individu lainnya yang saya kenal di Labuan. Semua berjasa dengan caranya masing-masing.

Saya ingat Bapak dan Ibu Riyadin rela berjalan mengantarkan saya dari kampung ke kampung demi menemukan rumah kost yang cocok untuk saya tempati. Mereka juga senang membawa saya berjalan-jalan ke pantai, seolah mereka tahu bahwa saya mungkin saja merasa bosan. Tak jarang mereka bertanya tentang kegiatan saya saat liburan, mungkin khawatir saya mengalami semacam mati gaya :p

Saat saya dimutasi ke Jakarta, tak lama Pak Riyadin pensiun dari kesatuannya. Beliau sekeluarga pindah, kembali ke Gombong dan menetap di sana. Ingiiiinn sekali rasa nya mengunjungi mereka jika ada kesempatan cuti yang cukup panjang. Beneran, saya kangen Bapak dan Ibu Riyadin. :(